Header Ads

Breaking News
recent

7 Tanda Awal Penyebab Perselingkuhan


Semua orang yang sudah dewasa, baik pasutri ataupun masih pacaran, pasti tau arti kata ‘selingkuh’. Kata ini sering digunakan sebagai pengganti kata ‘pengkhianatan’ untuk masalah cinta. Saat ini, baik di kota besar atau di daerah, para pelaku selingkuh ini sudah tak terhitung banyaknya. Perkembangan teknologi komunikasi pun, dengan hadirnya berbagai medsos, seolah menjadi sarana yang semakin memudahkan jalan menuju perselingkuhan.

Seseorang berselingkuh tentu memiliki motif (alasan) yang membuat dirinya melakukan itu. Namun ada kalanya, tanpa disadari seseorang sedang menuju kejalan perselingkuhan. Para wanita yang tidak menyadari sedang berjalan menuju ke arah perselingkuhan inilah yang patut disayangkan. Bertahun-tahun membangun keluarga harus hancur akibat perbuatan yang awalnya tidak pernah dia sadari.

Berbagai jalan yang menuju ke arah perselingkuhan harus betul-betul dikenali agar kita tidak akan mencoba menempuh jalan itu atau kita segera putar haluan saat menyadari berada di jalan yang mengarah ke perselingkuhan.

Aktifitas kita sehari-hari dalam melakukan interaksi sosial dengan lawan jenis, baik di dunia real atau pun di dunia maya, pada dasarnya memiliki potensi untuk berkembang menjadi perselingkuhan. Namun demikian, hal ini tentu sangat tidak tepat jika kita sikapi dengan cara menghindar atau menutup diri dari interaksi sosial dengan lawan jenis. Kita hanya membutuhkan kecerdasan dan pengetahuan yang baik dalam mengenali tanda-tanda awal perselingkuhan. Berikut adalah 7 Tanda Awal Penyebab Perselingkuhan.


1. Curhat, empati yang bekembang menjadi cinta


Curhat dengan seorang rekan pria yang bukan pasangan di sini maksudnya tidak hanya menyangkut kita yang curhat tetapi juga jika kita mendengarkan curhatan. Wanita pada dasarnya memiliki naluri keibuan yang tidak dimiliki pria. Jika wanita mendapati seorang pria yang bersedih dan curhat kepadanya, secara alamiah naluri keibuan ini aktif. Naluri itu mirip seperti kasih ibu saat menenangkan anaknya yang dalam kondisi gundah gulana.

Awalnya mungkin kita hanya sekedar empati kepada rekan pria yang curhat, namun jangan salah, empati itu bisa berubah secara cepat menjadi cinta. Bagaimana bisa? Ketika anda menjadi serius dan rela mendengarkan cerita curhatan rekan pria, tanpa sadar kita akan bercerita juga tentang masalah pribadi kita yang mirip dengan masalahnya. Wanita merespon masalah tidak seperti pria. Dalam menghadapi masalah, pria akan cenderung menggunakan logika untuk mencari solusi sementara wanita menyelesaikan masalah cenderung dengan ‘rasa dan pengalaman’. Karena itulah, wanita merespon curhatan pria tidak dengan memberi solusi logis namun akan mencari perbandingan masalah yang sama yang dia alami untuk diceritakan kepada rekan pria yang curhat itu. Di sinilah titik rawan ketika empati berubah menjadi cinta.

Apabila secara tidak sengaja anda tiba-tiba dalam kondisi harus mendengar curhatan seorang rekan pria, cobalah untuk menahan naluri ‘kepo’ anda agar tidak terseret lebih jauh. Sebaiknya anda dengarkan saja tanpa harus menunjukan ketertarikan. Jika anda bisa, alihkan topik pembicaraan kepada hal-hal lain yang tidak terkait dengan masalahnya.

Bagaimana jika Anda yang memiliki masalah dan ada dorongan kuat untuk curhat kepada orang lain selain pasangan? Hal pertama yang harus muncul dalam benak anda mencari teman dekat sesama wanita dan jangan coba-coba mencari rekan pria. Curhat mengenai sesuatu yang detail soal masalah rumah tangga atau pacar dengan pria bukan pasangan akan menggiring Anda kepada masalah baru yang tidak pernah Anda kira. Berawal dari rasa nyaman ketika bercerita, belum lagi tepukan tangan yang menenangkan di pundak, dan lebih parahnya, Anda mungkin akan menerima atau bahkan memberikan pelukan kepada lawan bicara yang sedang bersedih.

Masalah pribadi memang sudah seharusnya disimpan di rumah sendiri. Berdiskusi dengan pasangan mengenai apapun yang mengganggu adalah cara yang paling 'sehat'. Pelukan atau bahkan sekadar belaian yang datang dari pasangan bisa lebih menenangkan kita. Jika hal itupun tidak manjur buat Anda, Anda bisa pergi ke saudara atau anggota keluarga yang bisa dipercaya, terapis atau konsultan. Yang pasti, bukan seseorang yang mungkin saja bisa "membajak" rasa cinta Anda dari pasangan dan akhirnya menghancurkan rumah tangga Anda.


2. Flirting, awalnya hanya sekedar tegur sapa biasa


Berbagai sikap, ucapan, atau tindakan yang menjurus flirting kepada lawan jenis bisa menjadi sinyal untuk sebuah hubungan yang lebih dari sekadar 'biasa'. Mungkin seorang rekan pria pernah menyapa, “Cantik sekali kamu pagi ini…” yang awalnya bukan untuk maksud flirting yang sesungguhnya, kaum perempuan yang telah memiliki pasangan harus tetap berhati-hati dalam menanggapi sapaan ini. Bisa jadi, maksud rekan pria itu bukan ke arah sana, tapi ingat, kita atau orang lain bisa saja mengartikan berbeda.

Apabila suasana hati kita sedang dalam kondisi ‘membutuhkan’ perhatian lebih dari orang lain, sapaan rekan pria itu akan menjadi pintu untuk lebih akrab. Wanita mana yang tidak suka dibilang cantik? Apalagi jika setiap pagi mendengar sapaan rekan pria itu maka hal yang mudah untuk berlanjut menjadi makan siang bersama misalnya. Karena itulah, menyikapi flirting ini harus dengan smart, tidak berlebihan ‘merasa’ senangnya. Anggap saja sebagai candaan di pagi hari.

Sebaliknya, kaum wanita yang telah memiliki pasangan kadang kala secara tidak sadar melakukan flirting ini kepada pria lain. Misalnya, ketika anda melihat seorang rekan pria yang mengenakan baju bagus dan anda menyukai cara berpakaianya, tiba-tiba dengan penuh emosional dan ekpresif anda mengatakan, “Ih.. kereeen bangeeets baju mu…” tanpa bermaksud flirting, anda sebenarnya tidak pernah tahu respon hati rekan pria anda itu. Jika rekan anda itu kemudian mengetahui hal yang anda senangi dan kemudian selalu dia lakukan, maka ajakan makan siangnya pasti tidak akan anda tolak. Jadi sebaiknya lebih berhati-hati jika Anda ingin memuji.

Perbanyaklah atau gunakan sikap 'flirting' untuk membuat pasangan Anda lebih bahagia. Flirting dengan pacar ataupun suami itu sangat manjur sekali untuk menghangatkan hubungan dan tentunya lebih menyenangkan.


3. Janji 'ketemuan', awalnya hanya ingin reunian berdua


"Ah kan hanya makan siang sama Budi, nggak masalahlah," kata Wati dalam hati. Atau, "Siaaap, pulang gawe aku mampir ke rumah kamu deh" kata Budi menjawab telepon Wati. Hal ini bisa jadi tidak akan menjadi masalah pada awalnya, tapi sadarkah Anda bahwa berjanji bertemu dengan lawan jenis tanpa didampingi pasangan itu justru sudah menjadi 'benih-benih' menuju sebuah emosi yang mungkin tidak pernah Anda pikirkan?

Pada saat makan bersama dengan selain pasangan kita, berbagai kemungkinan gejolak emosional bisa muncul. Apalagi jika dengan teman yang sudah lama sekali tidak bertemu. Mungkin inilah salah satu dampak buruk medsos yang dikhawatirkan para spiritualis atau agamis, media ini bisa membawa masa lalu kehadapan kita secara tiba-tiba. Apabila masing-masing merasa nyaman dalam pertemuan itu, dapat dipastikan akan ada pertemuan berikutnya.

Bayu dan Prita adalah suami istri. Suatu hari Prita menemukan struk makan siang untuk dua orang dari saku kemeja suaminya. Padahal mereka memiliki rumah tangga yang baik. Ketika Bayu sampai di rumah, ia menunjukkan struk itu dan bertanya "Ini apa?" Kemudian dengan tenang Bayu menjelaskan "Oh, kemarin aku undang sekretaris kantor untuk makan siang untuk sekadar mengucapkan terima kasih."

Prita menjawab "Aku mohon yang seperti ini jangan terjadi lagi ya?" Bayu mengerti kesalahannya dan dia langsung merespons "Iya sayang, tidak akan terjadi lagi. Akupun merasa aneh ketika makan siang hanya berdua dengan dia."

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan jamuan makan siang, hanya saja jika Anda sudah menikah, lakukanlah itu sebagai acara dalam group yang melibatkan beberapa orang, atau ajaklah pasangan Anda. 


4. Menceritakan keburukan pasangan


Seorang sahabat tidak akan menjelek-jelekkan sahabatnya karena hal itu sudah merupakan tindakan pengkhianatan. Apalagi sepasang suami istri, sebagai sahabat antara satu dengan yang lain, salah satu tugas mereka adalah saling melindungi reputasi. Tentu saja ada pengecualian dalam hal ini, yaitu ketika terjadi tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Anda harus melindungi diri dan tentunya juga demi keamanan anak-anak maka haruslah dilaporkan (diceritakan) pada pihak yang berwajib..


5. Online chatting


Menurut studi yang dilakukan oleh Beatriz Mileham dari Universitas Gainesville di Florida, Amerika Serikat, online chatting telah menjadi pemicu utama masalah dalam sebuah hubungan. Aktivitas internet semacam ini terbukti telah mengacaukan banyak angka pernikahan di Amerika Serikat. Contohnya, banyak yang bertemu kembali dengan mantan kekasih lewat internet, kemudian berakhir pada perselingkuhan. Solusinya gampang; "Jangan lakukan. Tindakan ini tidak sebanding keutuhan rumah tangga dan perasaan anak-anak kita."


6. "Malas" berhubungan intim dengan pasangan


Ketika keintiman dengan pasangan mulai merenggang, keutuhan rumah tangga bisa jadi taruhannya. Hubungan intim yang aktif dan terjaga hangat akan mendekatkan pasangan satu sama lain baik sacara fisik maupun emosinal. Memang tidak boleh ada paksaan dalam menjaga hubungan intim, karena itulah diperlukan pengertian yang tulus antara satu dan lainnya.


7. Lebih mendahulukan anak dan orangtua


Pasangan Anda adalah orang yang paling penting dalam hidup Anda. Hubungan lainnya adalah. Bukan berarti Anda tidak mencintasi anggota keluarga yang lain, tapi lebih mendahulukan anak dibandingkan dengan pasangan tentu bisa menyakiti pernikahan Anda tanpa Anda sadari. Taruhlah pasangan di nomor urut pertama dalam skala prioritas, maka secara otomatis hal ini akan memberikan kehangatan dalam kebersamaan anatara keluarga di rumah.

Sama halnya dengan orangtua Anda. Anda boleh saja mencintai dan menghormati mereka, tetapi mereka bukan prioritas utama. Suami atau istrilah yang utama. Kebaikan hubungan antara kita dan pasangan juga akan secara otomatis membawa energy yang baik di tengah keluarga besar.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.